Kamis, 19 Juni 2014

#KaosOblong: Simbol Pemberontakan dan Gaya Hidup

Kaos Oblong, Oblong Kaos, kaos Polos, Polos Kaos
Marlon Brondo
Kaos oblong atau biasa juga disebut kaos polos, keberadaan saat ini menjelma gaya hidup. Bentuknya yang sederhana sehingga pakaian jenis ini begitu nyaman dipakai semua kalangan, baik dari atas hingga kalangan bawah, dari artis dan bukan artis.

Namun, siapa yang mengatahui asal-muasal kaos oblong atau kaos polos yang saat ini menjadi begitu eksotis dalam dunia fashion, pola potongannya yang sederhana, kaos mendapatkan label low fashion/unfashion berbeda kutub dengan high fashion yang didesign khusus dan diperuntukan bagi orang-orang khusus pula.

Pada mulanya, ada catatan yang menyebutkan kaos oblong  atau kaos polos tak lepas dari simbol pemberontakkan anak-anak muda dari hal-hal bersifat formal, resmi, dan lain-lain. Hal yang paling sederhana adalah larangan memasuki ruangan bagi mereka yang mengenakan pakaian jenis ini.

Sebagaimana dilansir dari pabrik-kaos.com, diperkirakan pada abad bad 19 kaos  masih hanya  hanya ala kadarnya yang terpenting adalah bagaimana cara pekerja tambang dan buruh pelabuhan melindungi tubuh dari cuaca panas.

Mereka mengenakan kaos hanya untuk melindungi tubuh dari cuaca belum memikirkan bagaimana kaos oblong bisa tampil trendi seperti saat ini. Dari sana perjalan pakain ini secara bertahap mulai berkembang.

Adalah militer Amerika menjadikan kaos oblong sedikit direnovasi, tujuan tak lain agar mudah bergerak saat dikenakan perang atau pun berlatih, yang jelas di luar ruangan.  Gaya baru ini dikenakan oleh Mileter Angkatan Laut. Namun, jangan membanyangkan zaman tersebut telah banyak model, jenis bahan,  dan juga warna kaos seperti saat ini.

Dari data tersebut, maka kemungkinan kaos dengan bahasa Inggrisnya T-Shirt merupakan bentuk singkatan dari Training Shirt. Dan kehadirannya pun masih begitu terbatas, bahkan bisa dikatakan hanya para militer saja yang menggunakan kaos.

Mungkin saat itu juga tanpa disadari, sebenarnya para mileter telah menyebarkan. Penyebaran terjadi saat perang. Sebagaimana diulas sebelumnya, militer mulai mengenakan jenis pakaian ini untuk berperang, masih ingat dengan perang dunia II.

Namun hal tersebut masih diragukan kebenarannya. Hal yang pasti, penyebaran  kaos oblong atau kaos polos mulai menyebar, pemakainya bukan hanya tataran militer Amerika. Keberhasilan ini tak lepas dari seorang aktor bernama Marlon Brando. Ia mencoba melawan hal-hal yang selama ini kaos oblong yang biasa dipakai untuk kalangan pekerja dan juga militer.


Ia secara nekat menyebarkan kaos oblong dengan mempromosikan lewat film, berjudul  A Streetcar Named Desire (1951). Kostum ini ternyata membuat para penonton historis, khsusunya wanita. Mereka kaget menyaksikan adegan yang  menggambarkan dirinya menggunakan kaos yang tersobek-sobek dan memperlihatkan bagian bahunya.

Kemudian dilanjutkan, aktor bernama James Dean. Melalui sebuah film ‘Rebel Without A Cause(1955),  ia mencoba mengenalkan kaos untuk anak muda. Pengaruhnya cukup kuat dikalangan remaja, mereka menyimbolkan pakain jenis ini sebagai simbol pemberontakan.

Bisa disebut film bisa dikatakan biang keladi atau pelopor yang mulai mengangkat status sosial penguna kaos; yang tadinya hanya sebagai pakaian pekerja kasar menjadi trend mode terkini yang mulai digandrungi oleh anak-anak muda.

Pada waktu itu, perang masih berkecambuk, negara-negara yang terlibat perang hanya memikirkan tentang biaya perang. Imbasnya, masyarakat menjadi korban negera-negara yang ikut berperang.  Rakyat terbebani dengan biaya kebutuhan yang begitu mahal, maka mereka tak terpikirkan soal pakaian. Industri pakaian mengalami kemunduran dan sangat mungkin bangkrut jika tidak melakukan inovasi dalam mengelolah bahan.

Dari sana kaos oblong mulai diproduki lantan dengan biaya yang cukup murah dan pada akhrinya masyarkaan mau tidak mua mesti menerimanya tanpa lagi mempedulikan stigma, kaos digunakan untuk buruh.

Perang yang masih berlanjut membuat sejumlah kalangan mengkritiknya, banyak band-band yang membawakan lagu penuh kritikkan sosial dan juga politik. Akhirnya, mereka menjadi idola anak muda dengan segala macam aksesoris termasuk kaos yang diindetikan sebagai perlawan terhadap sitgma kemapanan dan kesopanan.

Hal ini mendapat dukungan, dunia psikologis anak muda yang cenderung anti kemapanan dan selalu ingin melawan arus, menjadikan kaos menjadi bagian dari identitas mereka. Norma-norma kesopanan dan kaku, menjadi alasan utama mereka untuk mendobrak kemapanan stigma sosial ini.

Tidak ada komentar: